Pisang Kepok Masak Pohon
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
PanganNews.id Jakarta - Masalah yang dihadapi dalam budidaya pisang ini adalah terkait adanya penyakit layu bakteri atau yang sering dikenal dengan sebutan penyakit darah. Cirinya adalah keluarnya cairan berwarna coklat kemerahan dari bagian tandan dan buah pisang, jika dibiarkan, penyakit ini akan sangat berpengaruh pada produktivitas dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Bakteri penyebab layu ini adalah Pseudomonas solanacearum, bakteri ini terbawa oleh serangga yang hinggap di jantung pisang dan menyebar ke bagian tanaman yang lain, tak hanya tandan dan buah, bakteri ini juga menyerang akar, bonggol dan batang pisang.
Permasalahan ini diperparah dengan kebiasaan petani dalam memotong jantung, tandan atau memangkas daun dengan menggunakan pisau yang sama dapat mempercepat penularan penyakit ini, jika sudah tertular penyakit layu bakteri, tanaman pisang akan sulit untuk dilakukan penyembuhan, dalam waktu singkat, layu bakteri dapat menghabiskan tanaman pisang dalam areal yang luas. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Kementerian RI telah merilis jenis pisang yang tahan terhadap layu bakteri, jenis pisang yang dirilis adalah kultivar pisang Kepok yang bernama Kepok ‘Tanjung’
Pisang Kepok Tanpa Jantung atau yang lebih dikenal dengan Pisang Kepok Tanjung merupakan jenis tanaman pisang yang tidak memiliki bunga jantan atau jantung. Salah satu keunggulan pisang ini adalah tidak mempunyai jantung atau lebih tepatnya bakal buah menjadi buah seluruhnya.
Pembuangan jantung pada pisang dilakukan untuk mencegah penularan penyakit layu bakteri secara alami yang disebarkan oleh serangga. Nah, salah satu keunggulan Kepok Tanjung ini adalah tidak mempunyai jantung, dengan demikian tidak diperlukan lagi pekerjaan membuang jantung seperti pada tanaman pisang pada umumnya, keunggulan lain yaitu tidak seperti pisang Kepok lainnya dimana daging buahnya berwarna kuning oranye yang terasa asam, varietas pisang ini justru memiliki rasa yang manis dengan kandungan total padatan terlarut (TSS) sebesar 29,30% Brix. Memiliki adaptasi yang baik di dataran rendah hingga menengah, produksi tinggi yang mampu menghasilkan buah pisang 20 hingga 30 ton dalam 1 hektar, daya simpan buah lebih lama yaitu mampu bertahan 15 hingga 21 hari setelah panen, serta hemat waktu dan tenaga perawatan karena tidak memerlukan pembuangan jantung.
Buah pisang yang dihasilkan juga terasa lebih kenyal dan cocok dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan pisang. Selain itu, dari segi buah pisang yang dipanen, ukurannya juga relatif lebih besar, dalam satu tandan dapat berisi 10-15 sisir pisang atau potensi hasil per ha/tahunnya mencapai 20-30 ton. Varietas pisang Kepok Tanjung ini kedepannya akan terus dikembangkan dan diharapkan penemuan varietas pisang unggul ini mampu menjawab tantangan untuk menjadikan Indonesia swasembada pisang dan sentra penghasil pisang Kepok.
Dengan jarak tanam 3,5 – 3,5 m dan populasi 900 batang per hektar, pisang varietas Kepok Tanjung dapat dipanen dengan umur berkisar antara 12 -13 bulan. Berdasarkan data, pisang varietas Kepok Tanjung ini layak dikembangkan untuk masyarakat, penyediaan benih yang baik, sehat dan berkualitas diperlukan untuk peningkatan pendapatan petani pisang dan masyarakat. Berdasarkan data dan prospek ekonomi, maka penangkar benih pisang kepok tanjung yang berdedikasi baik dan taat aturan sangat dibutuhkan.
Kontributor : Ircham Riyadi